BERMULA DARI KATA
Oleh: H. Imam Khoiri, S.Ag., M. E (Direktur Litbang LPI Salsabila Yayasan SPA Indonesia)
Bila kata dirangkai dalam rayuan, rasa bisa melayang. Bila kata diuntai dalam pujian, kesombongan bisa ditaklukkan. Bila kata disusun dalam bait-bait puisi, pikiran akan terbawa dalam imaginasi. Bila kata disuarakan dalam kalimat dzikir, hati akan menjadi tenang. Bila kata disampaikan dalam nasehat, akan membuahkan kearifan dan kematangan. Bila kata diucap dalam kalimat tauhid, kunci pintu surga telah dipegang.
Sebaliknya…bila kata dikemas dalam balutan emosi, akan menyulut perselisihan. Bila kata dibumbu dengan kebencian, akan merusak persahabatan. Bila kata disusun dengan pilihan-pilihan kasar, akan merusak kebersamaan. Bila kata dihias dengan kemesuman, akan membangkitkan birahi. Bila kata disusupi kebohongan, akan mendatangkan pertikaian. Bila kata dirangkai untuk membincangkan seseorang, jadilah ghibah.
Begitulah dampak dari kata-kata. Kata-kata bisa berdampak menguatkan atau melemahkan, menyatukan atau menceraikan, menyegarkan atau mengeruhkan, menyejukkan atau menyesakkan. Tidak ada kata yang netral. Tidak ada kata yang bebas resiko. Bahkan pepatah mengatakan, setajam-tajam pisau, masih lebih tajam lidah. Sebab, ucapan bisa menyayat perasaan hingga menimbulkan luka hati yang dalam. Lebih perih dan dalam ketimbang luka karena benda tajam.
Sebab itu, setiap kata kelak akan diminta pertanggungjawaban. Allah berfirman dalam Surat Qaf Ayat 18
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Padahal, menurut penelitian, wanita rata-rata berbicara 20ribu dalam sehari. Sementara pria, 7ribu dalam sehari. Sungguh, setiap hari, begitu banyak kata-kata yang harus kita pertanggungjawabkan
Sebab itu, hati-hatilah. Orang bijak mengatakan, “Mulutmu, harimaumu”. Waspada dan hati-hati dengan ucapan. Sebab tak jarang orang celaka akibat kata-kata yang ucapkan. Bak harimau yang berbalik menerkam pawangnya.
Sebab itu, dalam soal bicara, Rasulullah menuntunkan agar kita menimbang setiap kata. Berpikirlah sebelum berucap. Timbang-timbanglah. Pilihlah setiap kata setepat mungkin. Jangan sampai dari kata yang kita ucapkan tidak membawa manfaat dan bahkan madharat.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.
Orang yang bisa memastikan lisannya terjaga dari keburukan, dia telah mendapatkan sebagian dari jaminan surga.
من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة
“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)
Resiko dan dampak sebuah kata akan berbanding dengan jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi. Sebab itu ketika kita berada dalam komunitas yang luas, kita harus semakin berhati-hati. Sebab, sekali kita menembakkan kata-kata yang menyakitkan, akan banyak orang terluka pada saat bersamaan. Suasana sejuk bisa menjadi panas. Suasana akrab bisa menjadi berjarak. Suasana percaya bisa menjadi curiga.
Sebab itu, setiap kita harus saling menjaga agar perjuangan dan dakwah dapat dijalani dengan nyaman. Tanpa tercipta kenyamanan, beban-beban perjuangan akan semakin terasa berat. Beban kecil menjadi terasa besar. Yang besar semakin tak tertanggungkan. Emosi terkuras. Pikiran terpecah-pecah. Produktifitas rendah. Progress melambat. Ini semua bermula dari kata. Maka jagalah lisan Anda.
Sumber gambar: sesawi.net
No Comments