TETAPLAH BERBUAT BAIK

TETAPLAH BERBUAT BAIK

Penulis: Dr. Ali Mahmudi (Ketua Umum Yayasan SPA Indonesia)

Dua orang mulia itu sedang memperbaiki dinding rumah miliki dua anak yatim yang hampir roboh. Dinding itu perlu diperbaiki agar tetap tegak. Di dalam dinding itu, tersimpan harta warisan orang tua kedua anaknya yang telah yatim. Jika dinding itu dibiarkan roboh, harta itu tak lagi terjaga dan boleh jadi akan diambil oleh mereka yang tidak berhak. Demikian itu, agar kedua anak yatim itu dapat memanfaatkannya ketika kelak mereka dewasa. Kisah ini Alloh SWT abadikan dalam Q.S. Al-Kahfi: 82.

وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا

“Adapun dinding itu kepunyaan dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayah keduanya itu orang sholih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku melakukan itu bukan atas kehendakku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS: Al-Kahfi Ayat 82).

Siapakah dua orang mulia itu? Keduanya adalah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang mendapat petunjuk dan perintah Alloh SWT untuk melakukan perbaikan itu. Lantas, siapakah kedua anak yatim istimewa itu sehingga Alloh SWT perintahkan dua Nabi sekaligus untuk memperbaiki dinding rumahnya? Keduanya adalah anak keturunan orang sholeh. Alloh SWT mengirimkan Nabi Musa dan Nabi Khidir sekaligus sebagai rahmat dan karunia serta perlindungan bagi dua anak yatim itu atas amal sholeh yang dilakukan orang tua kedua anak itu.

Kisah dua anak yatim itu menegaskan ayat Alloh SWT lainnya bahwa, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (Q.S. Al-Zalzalah: 7). Demikian pula dengan firman Alloh SWT bahwa, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri”. (Q.S. Fushilat: 46).

Bahkan Q.S. Al-Kahfi: 82 ini memberikan kabar gembira lebih kuat lagi bahwa balasan amal sholeh itu bukan semata untuk diri sendiri pelakunya, melainkan bisa mengalir jauh lintas generasi dan ‘diwariskan’ kepada anak keturunan. Bahkan dalam beberapa tafsir terhadap ayat itu, yang dimaksud orang tua bukanlah orang tua langsung, melainkan orang tua tujuh generasi ke atas.

Inspirasi mulia ayat itu dipraktikkan para generasi terdahulu seperti Sa’id bin al-Musayyab yang berkata kepada puteranya, “Sesungguhnya aku menambah shalatku hanya semata karenamu, berharap agar Alloh SWT senantiasa menjagamu”. Benarlah janji Alloh SWT untuk melindungi orang sholih sebagaimana dalam Q.S. Al-A’raf: 196,

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ

“Sesungguhnya pelindungku adalah Alloh yang telah menurunkan kitab (al-Qur’an). Dia melindungi orang-orang sholih.”

Bukan semata amal sholeh orang tua yang akan berdampak pada anak keturunan, melainkan pula sebaliknya, kebaikan seorang anak juga akan bedampak dan bahkan mengangkat derajat orang tua di surga sebagaimana Rasululloh SAW sabdakan, “Sungguh, Alloh SWT benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” Maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab, “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”. (HR. Ahmad, no. 10232).

Pada Q.S. Al-Kahfi: 82 tidak dijelaskan amal kebaikan apa yang telah dilakukan orang tua sholeh itu. Demikian ini sesungguhnya memberikan kabar gembira dan inspirasi bagi siapapun untuk tetap melakukan ragam kebaikan karena Alloh SWT niscaya akan mencatat dan memberikan balasan kebaikan itu dalam takaran, waktu, dan representasi yang paling tepat. Bahkan Rasululloh SAW menasehati kita untuk tidak meremehkan amal kebaikan apapun, meski tampak sederhana. Sabda beliau,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri” (HR. Muslim: 2626). Ayat mulia ini juga memberikan inspirasi bagi siapapun, termasuk para orang tua dan pendidik, untuk tetap berbuat baik. Tetaplah memberikan senyum terbaik, memberikan teladan dan inspirasi terbaik, memberikan doa-doa terbaik bagi diri dan anak-anak, dan beramal kebaikan lainnya. Yakinlah, kebaikan ini akan kembali dengan sempurna, dalam rupa kebaikan lainnya, seperti terjaganya diri, keluarga, dan anak keturunan, bahkan lintas generasi. [ed:DA]

 

× Kirim Pesan