MENJADI GURU MILITAN
Penulis: Dr. Umi Faizah, S.Ag., M.Pd. (Ketua Bidang Pengkaderan Yayasan Silaturrahim Pecinta Anak (SPA) Indonesia)
Di dunia ini, hanya ada dua profesi. Guru dan selain guru. Begitulah yang sering kita dengar dalam forum pembinaan guru. Tentu saja klasifikasi semacam ini hanya sekadar guyonan dan penyederhanaan. Sebab, kenyataannya, banyak profesi lain selain guru. Namun demikian, sesungguhnya guyonan ini untuk memberi penguatan betapa pentingnya profesi guru.
Guru, dalam Bahasa jawa. konon adalah akronim “digugu lan ditiru”. Artinya, guru adalah sosok yang mesti dipatuhi perintahnya, dipercaya perkataannya dan diteladani semua perbuatannya. MasyaAllah… betapa agung citra seorang guru. Imam Al Ghazali dalam Kitab Mizanul ‘Amal memandang guru sebagai profesi mulia, aktivitasnya sebagai ibadah dan merupakan tugas kekhalifahan dari Allah SWT.
Guru di lembaga dakwah, seperti LPI Salsabila SPA Indonesia, tidak ubahnya sebagai pendakwah. Guru adalah kader dakwah yang dituntut untuk mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk kepentingan dakwah. Pemikiran, harta, waktu, tenaga, jiwa dan raganya, dikhidmatkan untuk menebarkan kebaikan kepada orang-orang di sekelilingnya, terutama murid-muridnya. Dia tidak hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya, tetapi juga memikirkan kebaikan, keselamatan dan kesuksesan orang lain.
Jika kesadaran semacam ini tertanam dalam diri setiap guru, proses pendidikan akan menjadi sangat dahsyat. Namun sayangnya, belum semua guru memberikan peran terbaiknya secara maksimal. Kadang, untuk dakwah ini kita hanya memberikan sisa potensi, sisa waktu, sisa pikiran dan sisa tenaga. Padahal Allah SWT telah mengingatkan:
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ … ١١١
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka...” (QS At-Taubah 111)
Ayat ini memberikan satu isyarat, bahwa semestinya kita melakukan dakwah secara total, sehingga Allah SWT akan menggantinya dengan kebahagiaan di surga.
Siapa yang bisa menyandang kemuliaan ini? Mereka yang memiliki kesanggupan untuk menjalankan peran mulia ini hanya guru yang memiliki keyakinan kuat, idealisme tinggi, semangat yang menggelora, ketangguhan yang membaja, serta kesabaran yang berlipat dalam menjalani proses. Setiap tantangan yang dihadapi, tidak membuatnya patah arang dan nglokro, namun justru membangkitkan tekadnya untuk terus meningkatkan kemampuan, menaikkan level posisi dan menggembleng kekuatan mental dan fisiknya. Itulah guru militan.
Militan dalam KBBI artinya bersemangat tinggi; penuh gairah; berhaluan keras. Militansi juga berarti ketangguhan dalam berjuang dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan. Guru militan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah guru yang tangguh dalam perjuangan dakwah. Makna ini juga mengacu pada sifat militan yang digambarkan Al-Qur’an:
فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْن…
Artinya: “……. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran:146)
Karakteristik guru militan tercermin dalam 3C, yakni Commitmen, Control, dan Challenge.
Pertama, Commitment. Guru militan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas yang diembannya. Ia terlibat secara aktif dalam berbagai aktivitas pada lingkup tanggung jawabnya. Guru militan memiliki tujuan yang kuat dalam mengemban visi misi lembaganya. Komitmen ini tampak pada sikapnya yang aktif dan responsif serta tekadnya yang kuat dalam menyelesaikan semua masalah. Guru militan akan segera merespon dan melakukan tindakan dengan cepat, saat menerima panggilan perjuangan. Dia siap ditugaskan di manapun. Ia memiliki semangat dan kemauan yang kuat (al ‘azmul qowiy).
Kedua, Control. Guru militan memiliki kendali yang kuat terhadap semua peristiwa yang terjadi. Semua keadaan, baik menyenangkan atau menyusahkan, semua dapat dihadapi dengan baik. Hal ini tampak dalam sikapnya yang tabah dan ulet (mustabbaroh). Rintangan dan tantangan yang dihadapi, tidak membuatnya berhenti, apalagi mundur. Ia tetap fokus pada jalan tugas dakwahnya.
Ketiga, Challenge. Guru militan memandang semua perubahan yang terjadi sebagai sebuah tantangan untuk terus bertumbuh dan memberikan kontribusi terbaik. Guru militan mengerahkan seluruh potensi (taskhiru kullil imkanat), siap memberikan 100% dari kemampuan yang dimilikinya demi tercapainya cita-cita mulia, membangun peradaban yang lebih baik, mempersembahkan daya upayanya untuk menggapai ridlo Allah SWT.
Pertanyaannya adalah, apakah ketiga ciri guru militan sudah melekat dalam diri kita? Mari kita jawab dalam diri kita masing-masing. Semoga Allah SWT selalu membimbing kita untuk menjadi pribadi militan yang dicintai-Nya. Aamiin… [Ed:DA]
No Comments