TENANG

TENANG

Penulis: Imam Khoiri (Sekretaris Umum Yayasan Silaturahim Pecinta Anak (SPA) Indonesia

Salah satu adab guru adalah tenang. Dalam kitab Adab al’Alim wa al Muta’alim disebutkan وعلى العالم ان يلازم السكينة (seorang guru hendaknya memastikan dirinya memiliki ketenangan). Hal yang sama juga berlaku bagi murid. Sayyidina Umar berkata: تعلموا العلم وتعلموا معه السكينة والوقار “Pelajarilah ilmu dan belajarlah dengan disertai ketenangan jiwa dan raga.”

Dalam Bahasa Arab, ada dua istilah yang sering dipergunakan secara bersamaan, yaitu as-sakinah wa al-waqar. Keduanya secara umum bermakna tenang. Sakinah adalah ketenangan fisik yang tampak secara zahir, yang berkaitan dengan tampilan dan gerak anggota badan. Waqar adalah ketenangan hati dan ruhani. Secara bahasa, tenang adalah lawan dari bergerak. Sesuatu disebut tenang apabila ia tetap dalam keadaannya dan tidak bergerak atau berubah-ubah.

Ketenangan batin dan zahir hendaknya menjadi adab yang ada pada setiap guru. Ketenangan adalah modal penting untuk menghadapi berbagai dinamika kehidupan. Hidup kadang penuh misteri dan diwarnai dengan kejutan-kejutan. Kita tidak tahu apa yang terjadi esok. Kadang datang ujian menimpa. Kadang datang kelapangan yang tak terduga. Ibarat sedang menempuh perjalanan di pegunungan dengan tikungan-tikungan tajam, tanjakan dan turunan curam, kita butuh ketenangan dan kecermatan agar berhasil melintasi setiap keadaan.

Dengan ketenangan, kita bisa berpikir lebih jernih. Kita lebih mudah dalam melihat semua sisi persoalan. Kejernihan akan membuat kita bisa melihat jalan dengan jelas. Kita bisa menentukan arah, berbelok kiri atau kanan, berhenti atau berjalan, menginjak rem atau menambah gas. Dengan ketenangan, aktivitas yang mudah akan semakin mudah, dan aktivitas yang sulit akan menjadi mudah. Rasulullah bersabda:

إِذَا أَرَدْتَ أَمْرًا فَعَلَيْكَ فِيهِ بِالتُّؤَدَةِ حَتَّى يُرِيَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ الْمَخْرَجَ

“Apabila engkau menghendaki sesuatu, maka bersikaplah tenang, sehingga Allah memperlihatkan kepadamu jalan keluarnya.” (HR Bukhari).

Sikap tenang akan lebih berpeluang untuk memperoleh kebenaran:

 مَنْ تَأَنَّى أَصَابَ أَوْ كَادَ وَمَنْ عَجَّلَ أَخْطَأَ أَوْ كَادَ

“Siapa saja yang bersikap tenang, maka ia akan memperoleh (kebenaran) atau mendekati, dan siapa saja yang terburu-buru maka akan keliru atau mendekati (kekeliruan).” (HR at-Thabrani).

Saat hati tenang, maka lisan, pikiran dan anggota badan juga ikut tenang. Pandangan kita akan lebih cermat dan teliti. Tangan kita akan bergerak lebih akurat. Kaki bisa melangkah dengan tepat. Logika nalar berjalan lurus. Intuisi semakin tajam sehingga kita bisa mengambil keputusan dengan tepat. Sebaliknya, sikap tergesa-gesa akan mengantarkan pada sikap ceroboh, dan beresiko terjatuh dalam pilihan keputusan dan tindakan yang keliru.

Namun untuk mewujudkan ketenangan di dunia modern tidak selalu mudah. Hidup berjalan cepat. Banyak orang merasa kekurangan waktu, dan sibuk dalam ketergesaan. Akibatnya, tidak sedikit orang yang hidup dalam kondisi kesehatan emosi yang memprihatinkan bahkan sekarat karena stres dan tekanan. Ketenangan menjadi semakin mahal. Mimpi-mimpi manusia modern semakin pendek. Kadang, harapan terbesarnya adalah mempunyai waktu luang sejenak untuk berbaring dengan nyaman. Ketenangan menjadi hal yang mahal di kehidupan modern. Sebab itu, untuk mewujudkan ketenangan ini perlu disadari dan diupayakan.

Pertama, kita hiasi jiwa dan hati kita dengan dzikir kepada Allah SWT.  “Ingatlah, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram,” (QS Ar-Ra’du: 28). Mengingat Allah, berarti menginsafi kelemahan diri dan mengakui bahwa kekuatan itu milik Allah semata. Zikir berarti melahirkan rasa butuh atas pertolongan Allah. Zikir, artinya sadar bahwa seluruh prestasi dan karya adalah karunia-Nya. Karenanya, tak ada kepatutan untuk berbangga diri sebab semua pujian hanya milik Allah. Zikir berarti menghadirkan optimisme atas pertolongan Allah karena Dia Maha Pengasih dan Penyayang. Zikir artinya selalu berbaik sangka kepada Allah bahwa di balik musibah, ada hikmah kebaikan meski nalar kita mungkin belum bisa memahaminya. Menyatunya hati, pikiran dan lisan dalam zikir, akan menghadirkan ketenangan dalam batin.

Kedua, berusaha memperluas dan memperdalam pengetahuan, sebab ketenangan akan berbanding dengan tingkat pengetahuan. Jika seseorang tahu persis arah jalan yang akan dilalui, dia akan berbelok dengan mantap di setiap persimpangan, tanpa keraguan. Kegundahan adalah milik mereka yang tidak punya pengetahuan. Bagi seorang guru, kedalaman dan keluasan ilmu yang dimiliki akan menjadikannya mantap dalam setiap kata-kata yang ia keluarkan.

Ketiga, menyusun rencana kegiatan dengan baik. Perencanaan itu penting, baik dalam kehidupan personal, keluarga, apalagi lembaga. Perencanaan yang matang akan memberikan kesempatan kita untuk bersiap dan mengatur langkah. Kata Benjamin Franklin, “By failing to prepare, you are preparing to fail” (gagal bersiap, berarti bersiap untuk gagal). Tanpa perencanaan yang baik, hidup akan mudah terombang ambing. Kita akan disetir oleh keadaan yang selalu berubah-ubah, tanpa arah yang jelas. Energi kita habis namun tidak efektif. Setiap saat, kita akan dihadapkan pada kejutan-kejutan peristiwa yang tidak tak terduga. Kita akan tergagap, galau dan jauh dari ketenangan. 

Keempat, berikan waktu cukup untuk setiap kegiatan. Waktu yang cukup akan membuat kita melakukan aktifitas dengan tenang. Waktu yang sempit akan menyebabkan kita berada dalam tekanan dan tergesa-gesa. Adrenalin akan terpacu, hati akan galau dan pikiran resah. Apalagi jika ditambah dengan kebiasaaan menunda pekerjaan. Secara bertahap, pekerjaan akan menumpuk, waktu terasa sempit dan kita akan terhimpit dalam ketergesaan yang tak pernah usai. Hati akan resah dan hidup akan kacau. 

Kelima, tawakkal setelah ikhtiyar. Semua usaha yang telah dilakukan, tidak boleh menjadi sandaran. Jangan pernah beranggapan bahwa hasil yang kita peroleh itu berkat usaha yang kita lakukan. Semuanya adalah karunia-Nya. Tugas kita adalah menerimanya dengan ridha. Ketenangan ada dalam keridhaan untuk menerima apa yang ada. Ketenangan ada dalam keyakinan bahwa apa yang Allah karuniakan adalah yang terbaik, sekalipun mungkin tidak seperti yang kita angankan. Rasulullah bersabda:

ان الله جعل الروح والراحة فى الرضى واليقين

“Sesungguhnya Allah menjadikan kelapangan dan kebahagiaan dalam ridha dan keyakinan.” [ed:DA]

 

× Kirim Pesan